Selamat Datang di Media Online Ibnu Mas'ud...............Pemilik Media Online ini adalah H. Muh. Chaeruddin, Penyuluh Agama Islam Fungsional Kecamatan Depok Kabupaten Sleman...............Silakan Isi Buku Tamu terlebih Dahulu dan Tinggalkanlah Pesan Anda.............Terimakasih atas Kunjungan Anda, Semoga Bermanfaat, Amien.

Kamis, 15 September 2011

SHALAT SEBAGAI TIANG AGAMA


SHALAT SEBAGAI TIANG AGAMA
Oleh : H Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud
Penyuluh Agama Islam Kec. Depok
Kwalitas iman seseorang dalam Islam dapat diukur dengan komitmennya terhadap pengamalan ajaran yang ada, baik itu yang berkaitan dengan kehidupan pribadi maupun sosial kemasyarakatan. Shalat sebagai salah satu dari rukun Islam tentu merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan bagi setiap muslim. Namun lebih dari itu sebetulnya shalat tidak hanya merupakan kewajiban tetapi juga merupakan kebutuhan bagi kaum yang beriman, karena shalat merupakan tiang agama.
Begitu pentingnya kedudukan shalat dalam syari’at Islam, sehingga shalat merupakan kewajiban yang pertama kali harus dilaksanakan setelah seorang muslim mengakui kebenaran atas keberadaan Tuhan, yakni Allah SWT. dan shalat itu akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi orang yang mampu menyelami makna shalat, sekurang-kurangnya ia akan merasa sangat dekat dengan Tuhannya.
Kebahagiaan hakiki bagi setiap muslim adalah manakala ia mampu mendekatkan diri kepada Sang Khalik, saat mana ia akan selalu merasakan begitu nikmat dan tenteram dalam menjalani hidup dan kehidupan. Walaupun dihadapkan pada berbagai masalah sebagai dampak dari modernisasi yang dibarengi dengan semakin berkembangnya teknologi dan informasi, yang di satu sisi menyebabkan kemajuan pola pikir dan di sisi lain juga menyebabkan merosotnya nilai-nilai moral umat manusia, tapi dengan selalu dekat yang Yang Maha Kuasa yakni Allah SWT. terutama melalui keistiqamahan dalam melaksanakan shalat, maka Insya Allah orang itu akan selalu dilindungi oleh Allah dengan selalu memberikan bimbingan dan petunjuk.
Shalat dalam Islam mempunyai kedudukan yang sangat penting, sehingga Rasulullah menyatakan bahwa shalat tiang agama Islam.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
اَلصَّلاَةُ عِمَادُ الدّيْنِ فَمَنْ اَقَامَهَا فَقَدْ اَقَامَ الدّيْنِ وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدّيْنِ
Artinya: “Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang menegakkan shalat,maka berarti ia menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat berarti ia merobohkan agama”. (HR. Bukhari Muslim)
Hadits di atas merupakan suatu rujukan bahwa tegak dan tidaknya agama Islam pada diri seorang muslim tergantung pada keistiqamahan seorang hamba dalam melaksanakan shalatnya. Shalat tidak hanya dimaknai sebatas kewajiban, tetapi ruh shalat harus bisa memberikan warna yang sangat positif pada perilaku seorang hamba yang terpancar pada kesungguhan untuk selalu menaati Allah dan menjauhkan diri dari perilaku maksiat dan mungkarat.
Allah SWT.Allah SWT. berfirman :
اِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنْكَرِ.
Artinya : “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”. (Surah Al-Ankabut: 45)
Ayat di atas seharusnya mampu menjadi bahan perenungan bagi setiap muslim khususnya umat Islam di Indonesia. Pertanyan yang seharusnya muncul didalam hati setiap muslim adalah, sudahkah shalat ini dilaksanakan dengan baik dan benar?. Jika dalam kehidupan sehari-hari ternyata seseorang masih sering melakukan kemaksiatan dan kemungkaran, itu berarti ruh shalat belum merasuk ke dalam jiwanya. Jika akhlak mereka masih belum baik, itu pertanda bahwa dirinya belum menjiwai shalat yang dilaksanakannya. Dengan kata lain, shalat yang dilaksanakannya itu baru terbatas pada gerak badan saja tapi hati tidak pernah sungguh-sungguh terlibat dalam shalat. Shalat yang demikian itu hanya bersifat rutinitas sebagai pengguguran atas kewajiban yang membebani dirinya jika tidak melaksanakannya. Maka tidak heran jika di tengah-tengah masyarakat sering dijumpai orang yang rajin melaksanakan shalat tapi maksiat juga tetap jalan. Dalam bahasa guraunya adalah STMJ (Shalat Tegak Maksiyat Jalan)
Sebagai seorang muslim yang diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang bermartabat tinggi, maka seharusnyalah seorang muslim berusaha melakukan perubahan-perubahan terhadap pelaksanaan shalat seperti di atas agar umat Islam Indonesia mampu bangkit dari keterpurukan akhlak dan moral. Mereka harus mampu melakukan pendalaman terhadap makna sesungguhnya dari shalat yang dapat membentuk pribadi muslim yang istiqamah dan berakhlakul karimah.
Sebagai tiang agama, maka harus ada makna dan nilai setiap orang melaksanakan shalat, sebagaimana diuraikan oleh Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihyaa Ulumuddin, yakni:
1. Hudhurul Qolbi (menghadirkan jiwa). Ketika melaksanakan shalat harus konsentrasi penuh semata-mata menghadap kepada Allah dan mengharap keridhaan-Nya. Segala hal yang bersifat keduniaan harus kita lupakan sejenak, agar kita tidak termasuk ke dalam golongan orang yang celaka, karena tergolong yang melalaikan shalat.
Firman Allah SWT.:
فَوَيْلُ لّلْمُصَلّيْن . اَلَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلاَتِهِمْ سَاهُوْن.
Artinya: “Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya”. (Surah Al-Ma’un : 4-5)
2. Tafahhum; yakni menghayati apa saja yang dikerjakan dalam shalat, baik berupa bacaan maupun gerakan anggota badan lainnya. Karena di dalamnya tersimpan makna pernyataan kesiapan, janji dan kepasrahan secara total kepada Allah SWT. sebagaimana Firman-Nya :
وَاَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِيْ
Artinya : “Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (Surah Thaha ; 14)
3. Ta’zhim; artinya sikap mengagungkan Allah yang disembahnya serta adanya kesadaran secara total bahwa manusia adalah sangat kecil di hadapan Sang Pencipta, Allah Yang Maha Agung
4. Al-Khouf; yakni rasa takut kepada Allah yang dilambari rasa hormat kepada-Nya.
5. Ar-Roja’; yakni harapan untuk mendapatkan rahmat dan ridha-Nya, dan yang ke
6. Adalah Al-Haya’; yakni rasa malu kepada Allah, karena apa yang dipersembahkan kepada-Nya sama sekali belum sebanding dengan rahmat dan karunia yang telah diberikan-Nya kepada kita.
Dengan mampu menghadirkan makna dan nilai-nilai shalat di atas, maka secara bertahap akan timbul harapan bahwa akan ada hubungan timbal balik antara ibadah ritual dalam ibadah shalat sebagai tiang agama dengan nilai-nilai yang tersembunyi di dalamnya, yang akan dapat menghiasi kehidupan setiap muslim dalam kehidupan pribadi sehari-hari dan akan membias dalam kehidupan sosial kemasyarakatan sepanjang hayatnya.
Semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan kepada kaum muslimin khususnya umat Islam Indonesia, sehingga dapat melaksanakan shalat dengan baik dan benar dan dapat menjiwai nilai-nilai luhur dalam shalat sebagai pembentuk peribadi muslim yang berkwalitas.

Tulisan Lain Terkait



10 komentar:

  1. ini bisa buat materi khutbah tidak ya, pak?

    BalasHapus
  2. assalammualaikum.wr.wb.
    jazakallah ulasanya,moga kita tetap istiqamah dalam menegakkan shalat.

    BalasHapus
  3. Hari kita dakwahkan pentingnya shalat

    BalasHapus
  4. ALHAMDULILLAH, SYUKRON, jazakallah ulasanya,moga kita tetap istiqamah dalam menegakkan shalat.,JAZAKUMULLAH PARA DAI INDONESIA BALDOTUN THOYIBATUN WARABBUB GHAFUR

    BalasHapus
  5. Ya Allah berikan lah kekuatan kpd kami sklrga.untk istiqamah dlm melaksankn shalat lima wktu.

    BalasHapus
  6. semoga bermanfaat untuk yang lain dan tersamuk saya

    BalasHapus
  7. Bagus sekali ulasannya, ijin ngeshere ya pak

    BalasHapus

Silakan berikan kritik dan saran! Terimakasih.