Selamat Datang di Media Online Ibnu Mas'ud...............Pemilik Media Online ini adalah H. Muh. Chaeruddin, Penyuluh Agama Islam Fungsional Kecamatan Depok Kabupaten Sleman...............Silakan Isi Buku Tamu terlebih Dahulu dan Tinggalkanlah Pesan Anda.............Terimakasih atas Kunjungan Anda, Semoga Bermanfaat, Amien.

Kamis, 15 Maret 2012

Kajian Hadits Arbain An-Nawawiyahn On line


KAJIAN HADITS ARBA’IN AN-NAWAWIYAH.
Disajikan oleh : H. Muh Chaeruddin Ibnu Mas’ud.

PENGANTAR KATA.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Rasulullah SAW. Sangat memperhatikan kelangsungan ummat-nya dimasa setelah baginda Rasul itu wafat, karena itulah baginda Rasul telah berpesan kepada ummat-nya dengan pesan yang sudah masyhur, sebagaimana sabdanya :
تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا اَبَدًا اِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ رَسُوْلِهِ
Artinya: “Aku tinggalkan dua perkara kepada kalian, (yang) kalian tidak akan (pernah) tersesat selamanya, selama kalian (senantiasa) berpegang teguh keduanya; yakni KITABULLAH (Kitab Suci Al-Qur’an) dan SUNNAH (Hadits-hadits) Rasul-Nya (Rasulullah Muhammad SAW)".

Hadits di atas memberikan penjelasan kepada setiap umat Muhammad bahwa selama umat Muhammad senantiasa mau berpegang kepada Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah (Hadits-hadits) Rasulullah, niscaya mereka tidak akan pernah tersesat. Berangkat dari hal itulah maka perlu kiranya ada kajian on line dari salah satu pedoman hidup manusia yakni kajian hadits. Dalam sajian ini akan disajikan secara bersambung kajian on lain HADITS ARBA’IN AN-NAWAWIYAH. Semoga kiranya berkenan di hati dan dapat memberikan manfaat yang besar bagi pencerahan hati menuju keistiqamahan kaetaqwaan kepada Allah SWT. Berikut ini disajikan hadits pertama sebagai berikut :

HADITS PERTAMA
Niat itu harus IKHLASH

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .
[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]
Kosa kata / مفردات :
الأعمال (العمل) : Perbuatan امرء : Seseorang
نوى : (Dia) niatkan امرأة : seorang wanita

Arti Hadits / ترجمة الحديث :
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah  bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan 1) tergantung niatnya 2). Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas)berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya 3) karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. (Hadits Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kita Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) .

Catatan dari matan hadits :
  1. Hadits ini merupakan salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam syafi’i berkata : Dalam hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu dari ketiganya. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa dia berkata : Hadits ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah ulama bahkan ada yang berkata : Hadits ini merupakan sepertiga Islam.
  2. Hadits ini ada sebabnya, yaitu: ada seseorang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama : “Ummu Qais” bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan “Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).

Catatan kaki :
  1. Yang dimaksud perbuatan disini adalah amal ibadah yang membu-tuhkan niat. Adapun perbuatan buruk niat baiknya tidak akan merubah buruknya menjadi baik.
  2. Niat adalah keinginan dan kehendak hati. Ada yang mendifisikan Niat adalah berkehendak untuk melakukan sesuatu yang (segera) diikuti dengan melaksanakan kehendak itu.
  3. Hijrah secara bahasa artinya : meninggalkan, sedangkan menurut syariat artinya : meninggalkan negri kafir menuju negri Islam dengan maksud menyelamatkan agamanya. Yang dimaksud dalam hadits ini adalah perpindahan dari Mekkah ke Madinah sebelum Fathu Makkah (Penaklukan kota Mekkah th. 8 H).

Pelajaran yang terdapat dalam Hadits / الفوائد من الحديث :
  1. Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala).
  2. Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati.
  3. Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala dituntut pada semua amal shaleh dan ibadah.
  4. Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya.
  5. Semua pebuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah.
  6. Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat.
  7. Niat karena Allah itulah yang disebut Ikhlas. Niat ketika melaksanakan sesuatu perbuatan atau ibadah yang tidak dilandasi keikhlasan tidak akan dinilai oleh Allah, karena semua amal ibadah atau perbuatan yang ditumpangi oleh keinginan lain selain Allah termasuk “syirkun niyyah” atau syirik dalam hal niat. Karena itu semua perbuatan atau ibadah mutlak hanya boleh diniati ikhlas karena Allah.
Adapun IKHLAS dapat di katagorikan dalam tiga tingkatan yakni:
  • IKHLASHUL’AABIDIIN : yakni ikhlas-nya orang yang ahli ibadah, maksudnya adalah keikhlasan hati yang ada di dalam dadanya adalah karena menginginkan pahala dari Allah atas perbuatan atau ibadah yang dilaksanakannya dan sekaligus dengan ibadah itu pula ingin selamat dari adzab Allah. Ikhlas semacam ini adalah ikhlas tingkatan paling bawah.
  • IKHLASHUL’MUHIBBIN: yakni ikhlas-nya orang yang mencintai Allah karena ia merasa bahwa Allah sangat mencintainya. Ia beribadah buka semata-mata karena ingin mendapatkan pahala dan selamat dari adzab Allah karena ia sudah memiliki keyakinan bahwa apabila ia telah melaksanakan ibadah (perintah Allah dan Rasul-Nya) maka Allah pasti akan memperhitungkannya nanti dan ia juga yakin bahwa Allah itu tidak akan mengingkari janji-Nya. Ikhlas semacam ini adalah ikhlas tingkatan kedua.
  • IKHLASHUL’AARIFIIN: yakni ikhlas-nya orang yang menyadari bahwa apa yang dimiliki dan apa yang ada padanya adalah karunia Allah yang dianugerahkan kepadanya untuk dimanfaatkan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan demikian maka orang yang memiliki ikhlas semacam ini merasa bahwa ia bisa beribadah karena Allah telah memberinya sarana dan prasarana. Dengan kata lain orang yang memiliki tingkatan IKHLASHUL’AARIFIIN, ibadah yang dilakukannya dalam rangka mensyukuri nikmat yang telah diterimanya dari Allah, karena ia merasa bahwa ia tidak akan bisa beribadah apapun bentuknya jika Allah tidak memberikan sarana sebelumnya. Ikhlas semacam inilah yang merupakan ikhlas tingkatan paling tinggi.
8. Hadits diatas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.

Tema-tema hadits / موضوعات الحديث
1. Niat dan keikhlasan
2. Hijrah
3. Fitnah dunia

Tulisan Lain Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berikan kritik dan saran! Terimakasih.